Senin, 21 November 2011

Individu, Keluarga dan Masyarakat ( TRAGEDI DEMAM SMACK DOWN )





Pada era modern seperti sekarang, peran media cetak maupun elektronik memang sangat berpengaruh bagi kehidupan masyarakat luas. Namun, bagaimana jadinya bila pengaruh itu justru berakibat fatal bahkan berujung kematian? Nah, fenomena inilah yang menjadi sorotan berbagai pihak di Tanah Air dalam dua pekan terakhir. Ini setelah sejumlah anak yang notabene generasi penerus menjadi korban akibat tayangan kekerasan yang ditampilkan televisi.

Padahal dunia bocah adalah penuh keceriaan. Bersekolah, bermain, dan bergembira bersama teman-teman itulah kebiasaan yang wajar saja dilakukan anak-anak. Sebagian besar bocah bersenda gurau sembari bermain. Sekilas tak ada yang ganjil dengan kegiatan yang tengah mereka lakukan. Namun, Permainan itu sebenarnya cukup mengundang bahaya dan tak patut dilakukan anak-anak seusia mereka. Betapa tidak, murid-murid sekolah dasar saling menyakiti satu sama lain. Memukul, menendang, dan membanting. Mereka menirukan adegan gulat yang biasa ditayangkan di salah satu televisi swasta bertajuk Smack Down.

Boleh dibilang, kini, acara Smack Down populer di Indonesia. Terutama di kalangan anak-anak. Cukup ganjil memang. Ini mengingat acara yang mempertunjukkan adu otot dan kekerasan asal Amerika Serikat ini seharusnya hanya menjadi konsumsi orang dewasa.Tak terbayangkan memang, anak-anak justru tersihir dengan akting para pegulat palsu. Sebut saja The Rock, John Cena, Hulk Hogan, dan Undertaker. Para artis gulat hiburan itu mempertontonkan berbagai gaya gulat yang sarat dengan kekerasan. Akibatnya pun mudah ditebak. Anak-anak bahkan fasih memperagakan adegan kekerasan jagoan-jagoan mereka. Ironisnya mereka tak tahu risikonya.

Itulah yang kemudian menjadi masalah. Anak-anak tersebut belum mampu mencerna bahwa adegan yang mereka tiru dari tokoh-tokoh idolanya itu berisiko sangat tinggi. Bahkan bagi para pegulat profesional itu sendiri yang tahu berbagai trik agar tak cedera dalam permainan tersebut.Terbukti, sejumlah kasus kekerasan yang menimpa anak-anak bermunculan di berbagai daerah di Indonesia yang diduga berhubungan dengan tayangan Smack Down. Beberapa di antaranya, bahkan sampai kehilangan nyawa. Banyaknya korban yang jatuh akibat tayangan Smack Down telah mendorong Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) meneliti ulang tayangan tersebut. Atas desakan berbagai pihak, tayangan gulat hiburan itu akhirnya dihentikan oleh stasiun televisi bersangkutan. Namun tampaknya hal itu tidak juga menyurutkan demam Smack Down yang kini tengah melanda anak-anak di Tanah Air. Selain dapat ditonton di salah satu televisi swasta setiap malam, saat anak-anak masih terjaga, tayangan Smack Down ternyata sangat mudah disaksikan melalui media lain. Antara lain keping cakram padat baik VCD maupun DVD. Dan rekaman tayangan dalam format cakram padat itu ternyata mudah dibeli.

Proses cuci otak terhadap bocah tak berhenti sampai di situ. Ada yang lebih dashyat lagi. Mereka bahkan juga bisa secara langsung memainkan karakter jagoan Smack Down mereka melalui game PlayStation di rumah maupun di tempat penyewaan. Dan tanpa anak-anak itu sadari, lambat laun kekerasan merasuki jiwa dan raga mereka dengan bermain PlayStation. Dari tayangan televisi dan game itu mereka mulai saling menirukan berbagai atraksi Smack Down tanpa menyadari bahaya dan juga maut yang mungkin mengintai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar