Peristiwa besar hancurnya World Trade Center di New York 11 September 2001 sebagai akibat serangan teroris merupakan catatan sejarah kekerasan yang dituding berbasis agama. Peristiwa pemboman dengan dalih serupa terjadi di Indonesia tepatnya di Legian Bali 12 Oktober 2002 menyusul menambah daftar kekerasan dan terorisme. Kedua peristiwa kemanusiaan tersebut tidak berhenti begitu saja, 20 Maret 2003 serangan Amerika Serikat ke Irak memperburuk tragedi kemanusiaan yang tak kunjung usai. Terakhir tanggal 17 Juli 2009, bom kembali diledakkan dan kali ini kembali di Jakarta yaitu di dua hotel besar sekaligus di kawasan Mega Kuningan yaitu JW Marriot dan Ritz Carlton. Tafsir yang cukup masif atas rangkaian-rangkaian peristiwa tersebut adalah makna sentimen agama.
Sebenarnya sejarah kekerasan atas nama agama sudah lama menjadi bagian dari kehidupan keagamaan manusia. Agama juga dituding menyebabkan disintegrasi masyarakat. Faktor agama seringkali bukan faktor tunggal dalam memicu konlik kekerasan, terdapat variabel lain yang terkait dengan faktor agama, antara lain adalah faktor politik. Agama dengan mudah ditarik ke dalam dataran konflik sosial karena nilai sensitif agama bagi setiap orang. Emosi keagamaan sangat rentan bagi meluasnya konflik keagamaan karena menempati wilayah sangat dalam bagi setiap manusia sehingga agama mudah menjadi alat legitimasi bagi suatu tindakan.
Solusi dan pencegahan
1. Memahami Agama Sebagai Prinsip Kehidupan Manusia
Agama diturunkan ke ,muka bumi ini untuk kebaikan umat manusia, tidak satupun agama membenarkan tindak kekerasan.Nilai universal agama sangat menjunjung kaidah kemanusiaan.Kekerasan sangat bertentangan dengan nilai luhur dari setiap agama. Agama sebagai penuntun kehidupan umat manusia pada prinsipnya terdiri dari nilai - nilai yang mencerminkan kepedulian yang tunggi terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan karena itu agama menolak segala bentuk sikap dan perilaku yang bertentangan dengan nilai - nilai tersebut.. Dalam tataran agama, agama manapun sangat menekankan kehidupan yang penuh kedamaian dan sejenisnya serta melarang segala bentuk kekerasan.
2. Adanya Peran Tokoh Agama
Keberadaab umat tidak dapay dilepaskan dari peran tokoh agama dalam mendakwahkan agama. Tokoh agama oleh karenanya menduduki posisi yang penting dalam kehidupan keberagamaan umat. Tentunya ini sangat berkaitan dengan peran atau tanggung jawab yang di embannya. Tokoh agama harus berupaya membatasi atau mengurangi konflik antar etnis dan agama dengan pendekatan kultural ideologis, haruslah dilakukan dengan mengefektifkan kemampuan pemimpin agama dalam menginterpretasikan dan mengkomunikasikan ajaran agama dengan arif dan keteladanan. Sebab, dari pemimpin agama itulah memahami dan menjalankan ajaran agama. Penafsiran ajaran agama secara komprehensif, yang menjauhkan dari sikap ekslusif dan fanatik sempit akan membawa umat terhindar dari perilaku konflik.
Referensi : Drs. P. Soedarno, M. Sc, Ilmu Sosial Dasar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar